SUDAHKAH KITA MENELADANI RASUL?
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
[al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21]
Kita telah memahami
bahwa Nabi Muhammad shalullah alayh
wasalam adalah idola dan teladan bagi umat manusia, khususnya umat Islam.
Tapi, sudahkah kita benar-benar meneladani Rasulullah?
Sungguh dari
lahir hingga Nabi Muhammad shalullah
alayh wasalam wafat, semua tingkah laku Rasulullah sangat patut kita
teladani. Bahkan ketika Rasulullah masih anak-anak, Beliau telah mendapatkan
julukan “al-amin” yang artinya jujur dan dapat dipercaya. Inilah yang paling
pertama kita teladani pada diri Rasulullah, yakni jujur. Tapi, sudahkah kita meneladani
sikap Rasulullah? Sudahkah kita berlaku jujur dalam kehidupan sehari-hari?
ALKOHOL BUKAN OBAT
Hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim menyatakan bahwa Thariq Ju’fi pernah bertanya kepada
nabi Muhammad shalullah alayhi wasallam tentang
khamar (minuman keras/ alcohol), maka
Beliau melarang (meminum)nya. Lalu Thariq berkata, “aku membuatnya untuk obat.”
Kemudian Rasulullah shalullah alayhi
wasallam bersabda;
“Itu (khamar/ minuman keras/
alcohol) bukanlah obat tetapi malah membuat penyakit.”
APA ITU SHAUM
Shaum (bahasa arab) yang
jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka artinya adalah puasa. Shaum
(puasa) dari segi bahasa bermakna imsak (menahan). Dan secara syar’I shaum
bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan, mulai dari
terbit fajar subuh hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat.
Segenap umat Islam telah
ijma’ bahwa puasa di bulan Ramadhan itu adalah fardhu (wajib). Sebagaimana pada
al-Qur’an menjelaskan bahwa,
“wahai
orang-orang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 183)
PERANG PEMIKIRAN
Perang pemikiran adalah
peperangan yang terjadi untuk merusak ideology suatu kaum. Perang pemikiran
lebih efektif dalam menjajah dan menguasai suatu kaum daripada perang secara
militer.
Sebab, Perang militer
membutuhkan banyak biaya dan pasukan, sedangkan perang pemikiran tidak
membutuhkan biaya terlalu banyak dan pasukan yang siap mati. Perang militer
menimbulkan banyak korbankan sedangkan perang pemikiran, korbannya tidak terasa
sedang diperangi.
Langganan:
Postingan (Atom)