Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, SPsi, MSc (lahir di Yogyakarta, Indonesia, 20 Desember 1963) adalah seorang akademisi pendidikan dan politisi Indonesia. Ia memulai jabatan sebagai Gubernur Sumatera Barat pada 15 Agustus 2010. Sebelumnya, ia duduk di Dewan Perwakilan Rakyat tiga periode sejak 1999 dari Partai Keadilan Sejahtera. Irwan dikenal sebagai pendiri Yayasan Pendidikan Adzkia, tetap mengajar dan menunaikan dakwah sepanjang kariernya.
Irwan Prayitno adalah anak pertama, memiliki tiga adik, dari orangtua yang sama-sama dosen
Lahir di Yogyakarta pada 20 Desember 1963, ia mewarisi darah
Minangkabau dari ayah Djamrul Djamal dan ibu Sudarni Sayuti. Ayahnya
datang dari Simabur, Tanah Datar dan ibunya adalah kelahiran Pauh IX — yang secara administratif masuk ke Kecamatan Kuranji, Padang. Mereka sama-sama lulusan PTAIN Yogyakarta dan dosen IAIN Imam Bonjol.
Sebelum tinggal di Padang, keluarga ini sempat menetap di Semarang
sampai Irwan berusia tiga tahun, dan pindah ke Cirebon saat Irwan
memasuki usia sekolah dasar. Irwan muda kelak mendapatkan kepercayaan masyarakat Suku Tanjung sebagai penghulu Nagari Pauah IX dengan menyematkan gelar Datuk Rajo Bandaro Basa pada 13 Februari 2005.
Datang dari keluarga Minangkabau, Irwan menjalani pendidikan menengah
di Padang. Ia mengenal tarbiah dan terjun sebagai aktivis dakwah saat
berkampus di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
pada 1982. Setelah meninggalkan status mahasiswa pada 1988, ia kembali
ke Padang mendirikan Yayasan Pendidikan Adzkia. Sebelum mengambil kuliah
di Universitas Putra Malaysia pada 1995, ia mengambil pekerjaan paruh waktu di bagian HRD (Human Resource Development) berbagai perusahan pemerintah dan dosen psikologi industri. Seiring pengukuhan Partai Keadilan pada 20 Juli 1998, Irwan membentuk dan mengetuai perwakilan PK di Malaysia. PK mengantar Irwan duduk di parlemen hasil pemilihan umum 1999;
Irwan terus terpilih untuk dua periode berikutnya. Setelah
menyelesaikan pendidikan doktor, ia berbagi tugas sebagai guru besar
bidang pengembangan SDM dan tetap berdakwah.
Selaku kepala daerah, ia mendapat sejumlah penghargaan dari negara.
Empat tahun kepemimpinan Irwan ditandai dengan sedikitnya 137
penghargaan dari pemerintah yang diraih Sumatera Barat. Selama duduk di
parlemen, ia mencurahkan pandangannya dalam penyusunan sejumlah RUU,
termasuk penggunaan sumber energi alternatif panas bumi. Ia dicatat
karena kemampuan melobi dan pernah menolak permintaan untuk menjadi
menteri.
Ketika menjadi Gubenur, Irwan meminta siapa pun untuk tidak memaksa dirinya berubah sesuai ketentuan protokoler. "Jangan paksa saya mengubah style
hidup saya, karena bagi saya fasilitas jabatan apa pun adalah sunah,
kewenangan justru suatu kewajiban bagi saya," katanya. Ketimbang
menggunakan anggaran yang tersedia, Irwan mengoptimalkan penggunaan
fasilitas yang telah ada. Ia menolak masukan untuk membeli mobil dinas
baru dan masih menempati rumah dinas lama.
Ketika disodori alasan menutup malu kepada menteri atau pejabat negara
lainnya yang datang berkunjung, Irwan lebih memilih menggunakan mobil
pribadinya untuk dijadikan mobil pelat merah. Saat rekonstruksi kantor pemerintahan yang rusak akibat gempa bumi 30 September 2009,
sempat dianggarkan pembangunan kantor baru untuk gubernur. Namun, Irwan
mengalihkan penggunaannya untuk tiga SKPD yang kantornya rusak, memilih
berkantor menempati rumah dinas lama di Jalan Sudirman.
Pada 22 Januari 2014, seorang mahasiswa dengan pisau terhunus
memasuki Kantor Gubernur Sumatera Barat, mengancam akan membunuh
gubernur. Luput dari penjagaan Satpol PP yang bertugas, mahasiswa yang
belakangan diketahui lulusan ITB sempat naik ke lantai dua gedung sambil
berteriak-teriak sebelum keluar meninggalkan halaman gedung dengan
mengendarai mobil. Setelah pemeriksaan oleh kepolisian seminggu berikutnya, pelaku
diserahkan kepada keluarga untuk penanganan medis karena terbukti
mengidap gangguan jiwa.
Terkait kejadian ini, Irwan berdalih, "Pengawalan di kantor gubernur
dan di rumah dinas gubernur memang sengaja saya buat minimalis dan minim
protokoler." Namun, tujuh anggota Satpol PP yang bertugas pada hari kejadian tetap diberikan sanksi atas kelalain dalam menjalankan tugas.
Dalam melakukan perjalan ke luar provinsi, Irwan tak pernah memilih maskapai penerbangan. Ia selalu memilih dan merasa nyaman duduk di kelas ekonomi. Penyair Taufiq Ismail, yang pernah mendapati Irwan satu pesawat di kelas ekonomi, menilainya sebagai hal istimewa dan sebuah keteladanan.
Terkait penampilannya yang sederhana, tanpa atribut dan minim
protokoler, Irwan mengatakan ia tak ingin ada pembatas antara dirinya
dan masyarakat.
Yongki Salmeno yang dekat dengan Irwan Prayitno, menuliskan
pengalamannya bersama Irwan. Ia mendapati karakter Irwan yang ingin
serba cepat dan tepat waktu. Setiap melakukan kunjungan ke daerah,
rombongan gubernur nyaris melaju dengan kecepatan tinggi. Yongki
menemukan sejumlah SKPD berusaha mengelak ikut iring-iringan kendaraan
gubernur karena tak siap nyali. Irwan berprinsip, lebih baik ia datang
duluan daripada terlambat. Dalam kota, ia menolak menggunakan mobil
pengawalan, kecuali dalam keadaan mendesak. "Seringkali pemilik acara
masih menunggu-nunggu kedatangan gubernur dengan menyimak raungan sirene
mobil pengawalan. Ternyata sirine itu tak pernah terdengar, gubernur
sudah datang tepat waktu tanpa pengawalan dan malah sudah duduk bersama
mereka," tulis Yongki. Atribut gubernur yang biasa dipasang di dada kiri
oleh gubernur atau pejabat pada umumnya nyaris tak pernah dipakainya
Irwan tetap menunaikan dakwah selama menjabat sebagai gubernur. Dua
kali sebulan setiap Jumat pagi, ia mengisi wirid mingguan yang diikuti
jajaran pegawai Pemprov Sumatera Barat. Kegiatan wirid dipusatkan di Masjid Raya Sumatera Barat
sejak awal tahun 2012, meskipun saat itu penggunaan masijd belum
diresmikan. Selama Juni dan bulan Ramahdhan 2014, ia mengisi tausiah
dalam kunjungan ke instansi-instansi pemerintah.
Irwan memanfaatkan sisa waktunya untuk keluarga dan olahraga. Irwan adalah penyuka olahraga badminton,
karate, dan trabas. Waktu senggangnya kadang ia manfaatkan untuk
bermain musik. Ia mengaku bisa bernyanyi sejak tahun 2012. "Karena
sebagai gubernur sering ditodong untuk menyanyi, akhirnya saya belajar
menyanyi." Pada Ramadhan 2013, ia menciptakan lagu berjudul "Kau Istriku" dan mengunggahnya melalui akun resmi di YouTube.
"Saya melihat di Gubernuran banyak alat musik peninggalan gubernur
sebelumnya, akhirnya saya manfaatkan untuk coba latihan. Padahal,
sebelumnya saya belum pernah belajar not balok, tangga nada dan
sebagainya," katanya mengungkapkan awal ketertarikannya bermain musik.
Irwan telah mendaftarkan dua lagu ciptaanya, satu lagi berjudul
"Kepada-Mu", ke Kanwil Kementrian Hukum dan HAM Sumatera Barat.
Sebagai Gubernur, Irwan tidak terlepas dari kontroversi salah satunya Pada awal November 2010, Irwan selaku Gubernur Sumatera Barat
memenuhi undangan KBRI di Berlin untuk tampil sebagai pembicara
memaparkan potensi investasi Indonesia dalam forum peringatan hubungan bilateral kedua negara. Pada saat yang sama, masa tanggap darurat tsunami Mentawai
masih berlangsung. Tsunami menerjang Kepulauan Mentawai menyusul gempa
bumi yang berpusat di lepas pantai Sumatera Barat pada 25 Oktober 2010.
Media nasional segera mengangkat opini terkait keberangkatan Irwan.
Situs berita Kompas menurunkan judul "Warganya Kelaparan, Gubernur ke Jerman". Tempo mengutip pendapat pengamat politik Burhanuddin Muhtadi yang mengatakan Gubernur Sumatera Barat sudah mati rasa. Anggota DPR Budiman Sudjatmiko mengomentari, tidak pas seorang kepala daerah meninggalkan daerahnya yang sedang dilanda bencana.
Sebelum keberangkatannya, Irwan bolak-balik ke Mentawai memimpin
penanggulangan bencana dan sempat bermalam tiga hari di pengungsian.
Dalam lawatan satu setengah hari 4–5 November, Irwan menyempatkan
menandatangani kesepakatan kerja sama dalam bidang investasi, khususnya
di sektor pariwisata dan energi terbarukan dengan Pemerintah Bavaria.
Irwan kembali ke Mentawai hari yang sama setelah mendarat di Padang.
Koran Tempo menurunkan berita "Setelah Dikecam, Irwan Prayitno ke
Mentawai". Anggota DPR lainnya Nudirman Munir menilai pemberitaan atas Irwan berlebihan.
"Pak Gubernur tiga malam di Mentawai tak disebut-sebut." Menanggapi
kritik atas dirinya, Irwan meminta maaf, mengatakan bahwa rencana
lawatannya ke Jerman sudah dipersiapkan jauh sebelum tsunami Mentawai.
Karya yang telah dihasilkan sampai tahun 2013, Irwan telah merampungkan 34 judul buku dan
sedikitnya 25 riset. Pada pengujung tahun, ia menerbitkan buku berjudul Inspirasi Untuk Negeri.
116 lebih artikelnya dipublikasikan di berbagai media massa. Memiiki
rekam jejak sebagai aktivis dakwah dan latar pendidikan psikologi,
karya-karyanya meliputi tema permasalahan anak dan keluarga, manajemen
SDM, politik, dan dakwah.
- Inspirasi Untuk Negeri (2013)
- Pemikiran Menuju Masyarakat Madani (2005)
- Pemuda Islam Generasi Penerus (2003)
- Wanita Islam Perubah Bangsa (2003)
- Kepribadian Muslim (2003)
- Mengkritisi Kebijakan Pemerintah (2003)
- Dai di Tengah Kegalauan Politik (2003)
- Dilema Kebijakan Energi (2003)
- Ajaklah Anak Bicara (2003)
- Ketika Anak Marah (2002)
- 24 Jam Bersama Anak (2002)
- Kepribadian Dai (2002)
- Hizbus Syaithan (2002)
- Ma'rifatullaah (2002)
Jika saja ada
banyak pejabat dan pemimpin di Indonesia bekerja, berfikir dan bertindak
seperti Irwan Prayitno, mimpi Indonesia menjadi negara yang makmur,
adil dan bermartabat dalam ridho Tuhan pasti segera terwujud. Kami
berdoa semoga Allah selalu mengiringi langkah dan cita-cita Irwan
Prayitno untuk berbuat lebih baik dan lebih baik lagi untuk negeri dan
bangsa ini. Kita tentu juga berdoa, disaat negara seperti ini, semoga
lebih banyak lagi muncul pemimpin-pemimpin seperi Irwan Prayitno di
negeri ini. Amin
0komentar:
Posting Komentar